Contemporary
worlds
Indonesia

I Made Wiguna Valasara

Karya-karya I Made Wiguna Valasara menerobos batasan-batasan lukisan Bali yang pertama kali ia temui saat masih kanak-kanak ketika mengamati pamannya, pelukis senior Bali Nyoman Erawan, bekerja. Perjalanan artistik Valasara mencakup eksplorasi warna dan guratan ‘demi menciptakan ilusi optik akan ruang, volume, dan kedalaman’,1 eksperimentasi kolase menggunakan berbagai material, dan manipulasi kanvas untuk menciptakan dimensi-dimensi berbeda. Investigasi material dan struktur permukaan ini terjadi bersamaan dengan penilaian berulang-ulang terhadap subjek-subjek dalam karya Valasara, yang berpindah dari representasi tema-tema Bali ke pola geometrik atau abstrak, lalu kembali ke objek-objek figuratif termasuk flora dan fauna, imaji-imaji ikonik dari kanon kesenian Barat, dan pemandangan khas Bali. Secara konsep, jalur ini mencerminkan penolakan sang seniman atas ke-Bali-annya dan ‘semesta simbol’ yang terhubung pada ke-Bali-an itu, dan akhirnya penerimaannya atas warisan budayanya sendiri dan simbolisme yang melekat dalam pemandangan dan motif khas Bali.

Benang-benang evolusi artistik Valasara terjalin pada Rekonstruksi semesta (oposisi biner) (Reconstruction of the universe (binary opposition)) 2017. Karya ini berbentuk sepasang kanvas yang dijahit dengan benang beragam warna dan dilapisi bantalan sehingga membentuk imaji tiga dimensi. Kanvas tersebut adalah lukisan itu sendiri. Panel pada bagian kiri menunjukkan persiapan sebuah prosesi pemakaman adat Bali, dengan kerumunan massa mengelilingi menara kremasi (bade) yang dipikul sekelompok laki-laki. Para perempuan yang membawa sesajen berjalan di depan menara itu, sementara tempat-tempat suci, kuil, dan pepohonan palem yang bergoyang menjadi bayangan di langit. Bidang yang kosong di antara komposisi yang sesak dan dinamis hanya garis tipis di bagian atas dan kanan kanvas. Format yang padat dan penuh detail ini, serta subjeknya, adalah ciri khas lukisan ‘Bali modern’ bergaya Batuan.

Adegan yang sama diulang di panel kanan diptych ini, hanya saja semua rujukan kepada peristiwa tadi dan pesertanya dihilangkan—kecuali satu figur yang berdiri sendiri dan dengan agak ragu melirik ke balik pundaknya, seolah-olah bertanya-tanya ke mana perginya semua orang. Perbedaan di antara kedua panel dimaksudkan untuk menyorot hakikat komunal budaya Bali dan mempertanyakan apakah mungkin menarik diri dari masyarakat tapi tetap menetap di Bali, di luar kerangka pikir sosial dan budaya yang berlaku. Eksplorasi Valasara akan subjek, simbolisme, ruang dan bentuk terkait erat dengan pengalamannya menolak dan kemudian menerima, dengan rasa kemandirian dan kemudian rasa kerasan.

Carol Cains

Catatan

  1. Semua kutipan dari Agung Hujatnikajennong, ‘Lukisan-Lukisan’, diakses di https://indoartnow.com/uploads/documents/ecatalog/986/1446819511-Lukisan_Lukisan_ Curatorial.pdf pada 10 Desember 2018.