Contemporary
worlds
Indonesia
Entang Wiharso
Entang Wiharso terkenal dengan pahatan-pahatan logamnya, yang mengingatkan kita pada panel-panel pahatan naratif tradisional yang menghiasi candi-candi kuno Hindu dan Budha seperti Borobudur di Jawa Tengah. Pada karya berangkai Temple of Hope, yang ia mulai pada 2009, Entang mengembangkan panel-panel dindingnya menjadi instalasi monumental berskala besar. Temple of Hope: Door to Nirvana 2018 berbentuk bangunan metal rumit yang menyerupai rumah, dengan pintu masuk di setiap sisi menurut arah mata angin—utara, selatan, timur, dan barat. Pada dinding baja dan atap candi ini terpampang teks-teks berukuran besar yang dibentuk dengan laser dan tamsil-tamsil rumit yang merujuk kepada tema-tema historis dan kontemporer—tokoh-tokoh tradisional dan mitos Indonesia yang dijajarkan dengan motif yang diambil dari budaya populer, keseharian, dan isu-isu sosio-politik.
Temple of Hope: Door to Nirvana adalah candi terbesar yang pernah diciptakan Entang. Untuk pertama kalinya, pengunjung bisa masuk ke dalamnya. Bagian dalam candi diterangi lampu kandil dengan cabang-cabang organik menyerupai urat nadi; pencahayaan ini menciptakan bayangan-bayangan teks dan gambar pada pengunjung dan tembok yang mengelilingi mereka. Efek visual dramatis ini mengingatkan pada pertunjukan wayang kulit, satu lagi tradisi artistik penting di Jawa.
Sebagian besar karya Entang merujuk kepada dirinya sendiri dan ia memposisikan narasi pribadinya di dalam konteks global yang lebih besar tentang narasi-narasi sosial dan historis. Temple of Hope: Door to Nirvana adalah renungan tentang dampak intoleransi terhadap perbedaan di dunia yang semakin mengglobal, dan bagaimana hal ini mengancam kemungkinan terbentuknya masa depan yang harmonis. Teks-teks yang diukir pada atap baja tadi mengungkapkan gagasan serta pandangan Entang beserta kawan-kawannya, keluarganya, dan kolega-koleganya mengenai tema ini. Salah satu teks tersebut berbunyi:
Saya sudah beberapa lama merasakan tumbuhnya intoleransi dan polarisasi dari politik ekstrem. Kesalahpahaman, konflik dan ketegangan selalu hadir sebagai bagian dari pengalaman hidup. Tujuan saya adalah menciptakan tempat di mana orang-orang dari latar belakang berbeda bisa memiliki pengalaman yang mencerminkan hibriditas dan menimbulkan kesan hilangnya batas-batas.
Dengan menyorot isu-isu ini (juga secara harfiah), Entang mengekspresikan toleransi, penerimaan, dan perdamaian sebagai langkah menuju pencerahan. Empat pintu masuk candi, yang mengarahkan pengunjung pada lampu kandil di bagian tengah, digunakan untuk mengomunikasikan gagasan bahwa ada banyak jalan menuju perdamaian; salah satunya dengan memupuk penerimaan atas perbedaan individu dan toleransi antar ras dan agama.
Beatrice Thompson
Entang Wiharso