Contemporary
worlds
Indonesia

Yudha 'Fehung' K. Putera

Seniman visual yang mendalami fotografi, Yudha ‘Fehung’ Kusuma Putera adalah bagian dari gelombang kedua MES 56, kolektif seniman terkemuka yang dibentuk pada tahun 2002 untuk mengembangkan praktik fotografi di Indonesia. Karya Fehung akhir-akhir ini menjurus pada unsur partisipasi, dan subjek karya-karyanya menjadi informan penting bagi kajian penuh nuansa halusnya tentang kondisi manusia.

Past, present and future come together 2017 bermula dari pertunangan si seniman, yang menariknya untuk merenung tentang kehidupan keluarganya di masa depan. Dari situ, Fehung berusaha mencari apa itu hakikat keluarga—di luar konstruksi sosio-politik keluarga inti yang telah lama dinasionalisasi dan dipolitisasi menjadi propaganda. Program Keluarga Berencana (KB) Suharto, yang didasari konsep ‘keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera’, menggalakkan cita keluarga nasionalis yang monolitik: bapak sebagai pemimpin dan pelindung, ibu yang setia menemani si bapak dan kedua anaknya—satu laki-laki dan satu perempuan. Suharto mengukuhkan dirinya sebagai Bapak Pembangunan Nasional demi melanggengkan dan memanipulasi kekuasaan, dan sampai hari ini, sisa-sisa stigma dan eksklusi kampanye KB masih lengket dalam ingatan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Pasangan homoseksual, pasangan berbeda agama, orang-orang yang memilih untuk tidak menikah atau tidak memiliki keturunan, keluarga lintas budaya, orang tua yang bercerai, atau keluarga angkat hanyalah beberapa bentuk keluarga yang secara ajeg dianggap menyalahi pedoman negara (atau masyarakat).

Dalam Past, present and future come together, Fehung menginterpretasi ulang konsep keluarga inti melalui sembilan foto yang sangat intim. Ia mengunjungi beberapa keluarga yang sudah akrab dengan MES 56, kemudian menantang mereka untuk bersama-sama mengidentifikasi bagaimana rupa wajah atau kepala keluarga mereka dan bagaimana kiranya mereka mendefinisikan keluarga intinya dengan menggunakan alat peraga, atau, seperti kata Fehung sendiri, ‘merefleksikannya ke dalam bentuk yang konkret’. Di salah satu foto, tampak seekor anjing dibalut kain bergambar hewan sedang duduk di tengah. Keluarga pemiliknya berbaris di belakang dikarungi kain hitam. Di foto lain, seorang anak bungsu berdiri gagah di atas keluarganya, yang disembunyikan di balik kain merah dan putih yang menyerupai bendera Indonesia.

Pada saat dipamerkan, seri foto ini menjadi bagian dari karya instalasi; pengunjung dapat berpartisipasi dalam karya ini dengan cara membungkus diri mereka memakai kain dan menciptakan foto keluarga inti mereka sendiri. Menampilkan interpretasi dan representasi baru tentang keluarga, pada akhirnya, bukan hanya soal memamerkan sesuatu ke publik, tapi juga soal memutuskan apa yang akan kita simpan bagi diri kita sendiri.

Edwina Brennan

Yudha 'Fehung' K. Putera