Contemporary
worlds
Indonesia

Melati Suryodarmo

Transaction of hollows 2016 adalah pertunjukan berjangka waktu yang digelar di dalam ruang serbaputih; ruang terbatas yang diisi kekuatan transformatif atas tubuh manusia. Sebuah koreografi tanpa skenario mengubah galeri menjadi panggung bersama di mana kontrak sosial tak terucapkan berlaku di antara dua protagonis: pemanah jemparingan Melati dan penonton, sekelompok orang yang tercipta secara kebetulan.

Selama empat jam, Melati mengenakan kostum dan melakukan satu hal berulang-ulang secara intens: meletakkan anak panah di gendawa (busur tradisional Jawa), menarik senar dengan gerakan yang metodis, berkonsentrasi pada sasaran imajiner, kemudian melesatkan anak panah. Rangkaian aksi ini diulang 800 kali, suatu hal yang sangat menguji batas replikasi fisik dan dorongan psikologis.

Di dalam ruangan ini, bunyi mendapat tempat istimewa: udara terbelah tiap kali anak panah melesat, menembus atmosfer yang jadi amat menegangkan akibat suara ‘wus … wus ... wus.’ Suara berulang ini mirip mantra, irama aural ritmis yang bertumpuk-tumpuk dan menginduksi keadaan tak-sadar (trance) pada sang pelaku, dan kepatuhan absolut dari penonton yang tak pernah bersuara.

Melati menempatkan dirinya dalam kondisi meditatif yang terlatih. Lewat ini ia merenungkan dorongan masyarakat yang salah arah untuk mencapai prestasi lebih banyak, mendapatkan materi lebih banyak, dan melakukannya dengan kecepatan dan kerakusan yang semakin meningkat. Menurut Melati, semua ini adalah upaya meraih utopia yang mustahil. Rangkaian aksi yang dilakukan berulang kali dalam Transaction of hollows membangkitkan pencarian spiritual—latihan keras bagi jiwa untuk melindungi diri dari godaan kehidupan yang sebetulnya hampa.

Terpisah dari aksi sang pemanah, tetapi hasil dari kegiatan yang sama, tubuh penonton juga mengalami transformasi penting. Ketika penonton melewati ambang pintu dan masuk ke pertunjukan sang seniman, mereka disulap menjadi partisipan. Efek utama yang terjadi adalah kesadaran tentang batas-batas tubuh meningkat menjadi hal utama: mereka harus waspada dan diam; mereka harus tetap tenang agar tak memunculkan panik; tubuh mereka harus bergerak seirama dengan tubuh pemanah, terus menerus bergeser untuk menghindari cedera yang serius. Dengan begitu, Transaction of hollows adalah suatu  kejadian atau ‘happening’ yang mendemonstrasikan adrenalin dan daya tahan tubuh.

Akhirnya, hanya kesadaran akan degup jantung yang makin cepatlah yang tersisa di dalam ruangan. Dan masing-masing dari kita dikembalikan dari kawanan menjadi individu.

Jaklyn Babington

Melati Suryodarmo