Jompet Kuswidananto
Jompet Kuswidananto memulai karirnya sebagai seniman pada periode penting dalam transisi politik di Indonesia—tahun-tahun terakhir masa pemerintahan otoriter Suharto pada akhir 1990-an, dan selama masa konsolidasi seiring dengan menguatnya pergerakan demokrasi di Indonesia. Karya-karyanya seringkali merujuk pada anomali dan misteri tradisi, warisan kolonialisme yang problematis, dan ketegangan antara mania perayaan dan hiruk-pikuk kebingungan atas kebebasan yang tiba-tiba muncul serta beban pilihan dan tanggung jawab di Indonesia pasca-1998. Reputasi Jompet sebagai musisi dan kolaborator dalam produksi karya-karya teater kontemporer Teater Garasi di Yogyakarta menempatkannya dan praktik seninya pada posisi yang unik dalam seni kontemporer Indonesia.
Dengan menggunakan perpaduan yang khas dari suara dan bebunyian, cahaya, materialitas, manipulasi teknis dan desain panggung bergaya teater, Memanggungkan kebersamaan (Staging collectivism) 2013 adalah salah satu contoh terbaik bagaimana seniman ini merepresentasikan isu-isu sejarah dan politik di Indonesia. Dalam karya ini, figur-figur tak bermuka dan tak bertubuh—terbuat dari kerudung berwarna-warni dan sepatu yang berserakan—dipajang di bak sebuah truk reyot, diiringi tepuk tangan pelan dari tangan-tangan mekanik.
Sebagai simbol kemeriahan, truk-truk yang sesak ditumpangi puluhan orang adalah pemandangan yang lazim ditemui di Indonesia: para pendukung sepakbola dalam perjalanan ke stadion untuk menonton tim kesayangan mereka berlaga, keluarga yang akan menghadiri pengajian atau acara pernikahan, atau rombongan orang yang akan mengikuti pawai politik. Selain penting untuk mobilitas massa, truk juga memungkinkan orang dalam jumlah besar menampilkan diri mereka en masse, menegakkan dan menerapkan demokrasi di Indonesia.
Sayangnya, truk juga menjadi penanda sejarah kelam Indonesia. Pada detik-detik terakhir pemerintahan Sukarno dan keluarnya larangan terhadap Partai Komunis Indonesia pada Oktober 1965, jutaan orang yang diduga sebagai anggota PKI ditangkap oleh tentara dan ormas lalu diangkut dengan truk-truk militer. Banyak di antara mereka yang dibunuh secara brutal. Pada masa itu, khususnya di daerah-daerah pedesaan di Jawa, Bali, dan Sumatera, truk-truk yang berlalu lalang mengangkut ratusan mayat untuk dibuang ke sungai, danau, atau jurang menjadi pemandangan sehari-hari.
Karya-karya Jompet secara elegan bergelut dengan ketegangan antara masa lalu Indonesia yang traumatis dan keramaian perayaan demokrasi yang sedang dibangun—menggunakan truk sebagai situs duka yang menangisi kehilangan atau reduksi individu. Apa arti satu di antara sejuta mayat? Apa arti setitik minoritas di antara kerumunan mayoritas?
Antariksa