I Gusti Ayu Kadek Murniasih
Karya-karya lukisan I Gusti Ayu Kadek Murniasih (Murni), pelukis asal Bali yang meninggal di usia muda pada tahun 2006, tergolong unik dalam seni kontemporer Indonesia. Lukisan-lukisan Murni mengeksplorasi tema seks, seksualitas, dan tubuh, serta mengimbangi representasi polos dengan humor dan keisengan dengan tujuan menantang norma-norma sosial dan seksual. Meski tetap dipengaruhi gaya lukisan Pengosekan khas Bali—garis-garis tebal yang membingkai bentuk-bentuk simpel dan monokromatik—topik-topiknya yang sering kali eksplisit dan pemilihan palet warna yang tidak lazim menyempal dari tradisi tersebut.
Bentuk-bentuk mengerikan yang dijumpai di karya-karya Murni, walaupun konfrontatif karena menghadirkan gambaran eksplisit organ-organ seksual raksasa yang giat memasuki satu sama lain, herannya tetap mempesona, bahkan jenaka. Tumpang tindih potongan-potongan tubuh, hewan-hewan, tangan, kaki, alat kelamin dan perhiasan-perhiasan dilukis dengan jernih dan sederhana seperti kartun, diwarnai dengan rata memakai warna-warna permen dan dibingkai garis-garis tebal. Imajinasi Murni meninabobokan penikmat lukisannya ke dalam dunia mimpi yang sungguh memikat: di mana konvensi sosial, tabu, dan stereotip kecantikan diruntuhkan. Kekuasaan mereka dilenyapkan bukan melalui konfrontasi, melainkan lewat keriaan. Kuasa penis raksasa ditumbangkan dalam Untitled 2003 lewat pemilihan warna permen karet warna-warni dan ukuran masifnya yang membuat si pemilik seperti terpaku ke lantai. Demikian pula dalam lukisan My garden 3 2003: persetubuhan dicerabut keseksualannya lewat penggambaran wujud betina dan jantan sebagai monopod ramping, bermata banyak, dan mirip cacing—tubuh mereka yang berpagutan menggeliat anggun bak amuba di cawan petri.
Menurut ahli sejarah seni Wulan Dirgantoro, tubuh-tubuh perempuan yang terpenggal-penggal dan mencong dalam lukisan-lukisan Murni tidak berfungsi sebagaimana mestinya seperti yang diresepkan oleh Suharto dan Orde Baru-nya. Peran perempuan dalam Panca Dharma Wanita didasarkan pada gagasan-gagasan kewanitaan tradisional, yang berpusat pada keluarga dan fungsi perempuan sebagai ibu, dan terpenjara dalam lingkup domestik. Sementara, tubuh-tubuh yang bermetamorfosis dalam Berpesta di Bangkok (Party in Bangkok) 2003 dan Kebayangin 2002 tidak bisa diprediksi, menakjubkan dan merdeka, penuh berbagai kemungkinan dan merayakan kehidupannya di luar ranah domestik.
Lukisan-lukisan Murni menantang penikmatnya untuk masuk ke dalam dunia imajinasi, cara-cara memandang, dan cara-cara hidup alternatif. Imaji-imaji ciptaannya kocak dan provokatif, selaras dengan tujuannya untuk menumbangkan nilai-nilai ortodoks yang sudah mendarah daging dengan penuh keriaan.
Carol Cains