Contemporary
worlds
Indonesia

Tisna Sanjaya

Seniman senior Tisna Sanjaya adalah salah satu pendiri gerakan seni berbasis di Bandung pada tahun 1980-an yang bernama Jeprut—istilah unik bahasa Sunda untuk daya penciptaan kembali. Jeprut bisa dianalogikan sebagai korsletnya kehidupan sehari-hari, saat kondisi yang ada dirusak oleh ledakan, menghasilkan energi dan kemungkinan-kemungkinan baru. Selama pemerintahan Suharto, Tisna dan rekan-rekannya menggelar happening art yang abstrak dan penuh improvisasi. Untuk melindungi para seniman Jeprut dari kecaman pemerintah, karya-karya ini dipentaskan dan diakhiri dengan cepat. Mereka hidup sebentar sebagai pengalaman sesaat. Mengadopsi mantra, ‘Katakan (sekalipun pahit), kemudian doakanlah,’1 karya-karya Tisna dapat dipahami sebagai aktivisme seni yang disiarkan secara luas di era pasca-Reformasi dan mempunyai efek lokal maupun global.

Instalasi Tisna yang berjudul Seni penjernih dialog (Art as purifying dialogue) 2019 meminjam bentuk kapal kora-kora—wahana berayun di taman bermain—dan terbagi menjadi dua bagian. Pementasan pertamanya dilakukan di Bandung, tepatnya di Sungai Citarum2 yang penuh polusi, di mana kapal kora-kora yang terbuat dari besi dilayarkan. Tisna akan memimpin serangkaian debat publik dan diskusi tentang berbagai masalah politik dan lingkungan yang melibatkan penduduk bantaran sungai, ulama-ulama lokal, perwakilan militer Indonesia, pejabat pemerintah, dan kaum profesional lainnya.

Hasil dari dialog terbuka ini akan direkam dan dipasang untuk penampilan keduanya di National Gallery of Australia di Canberra. Di sini, karya Tisna akan berbentuk ceramah pertunjukan yang disampaikan oleh sang seniman di atas panggung kora-kora kayu berayun yang didekorasi dengan lambang-lambang Pancasila dan Khilafah—dua ideologi yang bertentangan—karyanya sendiri. Pertunjukan ganda ini merentangkan kerja seni Tisna di antara dua negara, melibatkan bermacam-macam peserta dan penonton, membangun dialog lintas budaya dan usaha sosiologis untuk mencapai pemahaman agama, budaya, sosial, dan transnasional yang lebih besar: ‘Upaya simbolis dan pernyataan seni saya yang menanggapi era global dan lokal dengan cara damai’ adalah ‘simbol harapan optimis dalam menghadapi perubahan di dunia’.

Menyambut penikmat seni Australia untuk bergabung dalam diskusi di atas, dan memulai diskusi baru dalam program mendidik yang terbuka bagi semua orang, Tisna berusaha ‘menemukan cara baru, cara alternatif untuk mengupayakan perdamaian, cara yang inspiratif dan belum pernah dilakukan. Juga berusaha untuk menemukan suara kemanusiaan yang imbang, kesantunan lokal yang khas, dan seni yang mengandung nilai-nilai spiritual’.

Jaklyn Babington

Catatan

  1. Semua kutipan dari korespondensi langsung dengan Tisna, November 2018.
  1. Studio Tisna terletak di dekat Sungai Citarum di Bandung. Kebanyakan karya terkini seniman ini berhubungan dengan masalah lingkungan yang dihadapi penduduk di sekitar sungai ini.

Tisna Sanjaya