Contemporary
worlds
Indonesia

Albert Y. Setyawan

Karya monumental berbentuk instalasi lantai keramik Albert Yonathan Setyawan, Shelters 2018–19, terdiri dari 1800 komponen terakota yang disusun dengan cermat dalam kotak persegi 5,5 meter. Setiap bentuk dibuat menggunakan teknik slipcast rumit memakai lima jenis cetakan plester buatan tangan. Meski menggunakan bahan-bahan sederhana, struktur instalasi ini tampak teratur, elegan, dan proporsional. Tersusun dalam pola yang diulang-ulang, siluet penuh presisi yang terbentuk menciptakan beragam ‘kaki langit’ yang berirama mengikuti bentuk dan ruang.

Konfigurasi ini merujuk pada mandala Dunia Intan atau Kongokai, sarana fundamental dalam praktik agama Buddha esoterik Jepang, yang berfungsi membantu meditasi dan menjadi portal atau media mencapai kesadaran dan pemahaman spiritual. Albert mengganti Lima Buddha Kebijaksanaan dalam mandala Dunia Intan dengan lima bentuk cetakannya yang masing-masing merujuk pada bagian teratas dari struktur rumah ibadah: masjid, gereja, kuil, stupa dan ziggurat. Dalam Shelters, sang seniman mengajak penikmatnya memasuki dunia tiga dimensi mandala keramik ini secara konseptual serta merasakan bauran praktik spiritual dan kepercayaan yang terkandung dalam komponen arsitekturalnya. Karya ini menghidupkan kembali ingatan tentang keberagaman iman, budaya, dan etnik yang dialami Albert selama ia tumbuh dewasa di Indonesia dan juga ingatan tentang konflik yang disebabkan oleh tubrukan agama dan politik yang sesekali ia saksikan. Albert menganggap bahwa:

... proses pembuatan karya seni [adalah] sarana bermeditasi dan merenungkan masalah-masalah. Karya ini [Shelter] adalah upaya menemukan keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan. Karya ini terdiri dari bentuk-bentuk yang akan mengingatkan orang pada ... kuil-kuil dan tempat suci tempat mereka mempraktikkan kepercayaan dan agama mereka. Semua miniatur arsitektur religius ditempatkan berdampingan, tersusun dalam pola yang mewakili aturan-aturan, seperti lanskap kota yang terdiri dari banyak rumah dan bangunan yang berbeda.1

Albert memfokuskan diri pada kriya keramik. Seniman ini menyukai keramik karena media ini ada di mana-mana dalam kehidupan sehari-hari dan punya asosiasi erat dengan kondisi sosial, budaya, dan sejarah Indonesia. Pengulangan dalam tiap instalasi memungkinkannya untuk tenggelam dalam ‘kerja seni’, di mana proses produksi lebih penting ketimbang penemuan baru. Proses produksi ini menginduksi keadaan meditatif, yang digambarkan oleh sang seniman sebagai ‘mantra untuk menjalani hidup’. Pola yang diulang-ulang terus dalam instalasinya tidak hanya mengingatkan pada mantra atau doa yang dibacakan untuk mencapai kesadaran spiritual, tetapi juga pada pola-pola yang melekat pada alam. Lebih dari sekadar pengaturan unsur-unsur dekoratif, ‘agregasi yang dimuliakan’ ala Albert menanamkan fokus meditatif pada pemirsa dan mengajak kita menginterpretasikan, dan memetakan, tatanan alam semesta.

Carol Cains

Catatan

  1. Semua kutipan dalam tulisan ini berasal dari proposal dan pengutaraan dari Albert sendiri, diterima melalui email pada 20 September 2018.

Albert Y. Setyawan