Contemporary
worlds
Indonesia

Julian Abraham 'Togar'

Praktik seni Julian Abraham ‘Togar’ sulit direduksi menjadi satu bahan, metodologi, atau posisi dalam kancah seni nasional. Perlawanan terhadap kategorisasi ini berasal dari beragam bahan dan cara kerja yang ia geluti. Praktik artistiknya meliputi proyek jangka panjang seperti Jatiwangi Cup di mana seniman ini bersoma masyarakat Jatiwangi, daerah yang terkenal dengan pabrik gentengnya, mengadakan kontes binaraga tahunan untuk merayakan tubuh yang ditempa oleh kerja memburuh. Perlombaan ini mencoba menciptakan rasa persaudaraan antara pekerja, pabrik-pabrik, dan pebisnis keluarga serta menemukan model-model kerja bersama baru yang memungkinkan untuk memicu kembali semangat para pelaku ekonomi temurun ini untuk tetap langgeng. Proyek yang masih digelutinya, Diabethanol, baru-baru ini dipamerkan di Biennale Sydney 2018, berupa bisnis start-up palsu yang mengubah urin penderita diabetes—masalah kesehatan yang banyak dijumpai di Indonesia—menjadi bentuk alternatif bio-fuel. Kritik ironis terhadap bio-politik global yang melekat dalam karya ini didasarkan pada proses/teknologi nyata yang dikembangkan oleh si seniman, yang adalah ilmuwan terampil dan insinyur swadaya (DIY).

Mungkin hal yang paling menonjol, dan muncul berulang kali, dalam praktik seni Togar adalah aspek fisik, teknologi, dan sosial-historis dari bebunyian; yang hadir baik sebagai media maupun tema utama. Tolerating the intolerance 2018 adalah instalasi bunyi yang, secara materi, mengandung kritik budaya yang tajam. Suara mendesing dari kubah ventilator yang digerakkan oleh motor muncul berulang-ulang, diprogram untuk mengisi momen sunyi tiap lima menit. Kebisingan level rendah ini diselingi oleh bunyi umpan balik (feedback) yang sangat mengganggu, yang memancar dari mikrofon dan megaphone yang dipasang saling berhadapan di kedua sisi kubah; keduanya bersama-sama membuat ruang gema. Tidak ada sumber bunyi dari luar di dalam karya ini—secara harfiah karya ini ‘berbicara dan mendengarkan dirinya sendiri’.1

Tolerating the intolerance dikembangkan dari pemahaman akan suara sebagai salah satu sumber pertikaian utama antara masyarakat dan komunitas dalam ruang publik yang makin tegang. Di Indonesia, yang tidak mempunyai regulasi kebisingan di tingkat legislatif, perebutan ruang (untuk) bersuara ini sangat dipolitisasi. Bentuk atap kubah ventilator yang digunakan Togar secara visual identik dengan kubah masjid. Objek berisik ini berisi kritik yang ditujukan kepada institusi-institusi kekuasaan yang mengatur ruang-ruang publik yang seharusnya multisuara di Indonesia, di zaman yang ditandai oleh meningkatnya dominasi dan konservatisme Islam.

Sanne Oorthuizen and Alec Steadman

Catatan

  1. Pernyataan Julian Abraham ‘Togar’ di https://julianabraham.net/2018/09/29/tolerating-the-intolerance/ yang diakses pada 14 Desember 2018.