Contemporary
worlds
Indonesia

Life of objects

Kehidupan Benda-Benda

Meski seni kontemporer Indonesia lebih dikenal dengan ciri khas interogasi terhadap isu-isu sosial dan politik, dalam dua dekade terakhir banyak seniman yang muncul dengan karya-karya yang utamanya mengusung materialitas dan benda sehari-hari. Baik dalam meneliti kemungkinan estetika yang melekat dalam limbah sehari-hari dan barang-barang sederhana, maupun menjelajah perilaku imajiner dari benda-benda rumah tangga, para seniman kontemporer Indonesia termotivasi oleh kesadaran mereka tentang hal-hal yang ajaib dalam keseharian untuk menciptakan karya yang inovatif, humoris, dan dinamis.

Albert Yonathan Setyawan dikenal karena instalasi lantai keramik dan dinding, serta karya gambar, video, dan seni pertunjukan. Albert menggemari keramik karena media ini ada di mana-mana dalam kehidupan sehari-hari dan punya asosiasi erat dengan kondisi sosial, budaya, dan sejarah Indonesia. Pengulangan dalam tiap instalasi memungkinkannya untuk tenggelam dalam “kerja seni” yang lebih mengutamakan proses produksi ketimbang penemuan baru. Proses produksi ini menginduksi suatu keadaan meditatif, yang oleh sang seniman digambarkan sebagai “mantra untuk menjalani hidup”.

Tromarama adalah kolektif new-media yang didirikan pada 2006 oleh Febie Babyrose, Herbert Hans dan Ruddy Hatumena. Berawal dari karya animasi stop-motion yang membayangkan kehidupan benda mati, praktik seni mereka telah merambah ke instalasi, program komputer, hingga partisipasi publik. Sejak 2015, Tromarama mengeksplorasi bagaimana persepsi tentang dunia fisik dibentuk oleh apa yang kita temui dalam kenyataan semu di layar.

Handiwirman Saputra mengeksplorasi sifat dan perilaku yang melekat pada materi dan benda-benda yang hadir dalam keseharian kita, dari karet gelang hingga sapu lantai. Melalui pengamatan dari dekat ia mengembangkan “cara pandang baru” untuk menciptakan kumpulan benda-benda dan gambar yang tidak biasa.

Faisal Habibi adalah seorang perupa dan seniman instalasi yang mengeksplorasi dan menyusun ulang benda-benda familiar dalam keseharian kita, menantang ekspektasi bawah sadar kita tentang barang yang dianggap biasa. Karya-karya awalnya berupa rekonstruksi bangku taman, kursi, dan meja yang fungsionalitasnya dirusak, sehingga menghasilkan bentuk-bentuk baru yang jenaka dan membingungkan namun tetap menyisakan familiaritas. Karya-karya terbarunya berfokus pada limbah di sekitar kita, khususnya bingkai-bingkai kosong dan sisa-sisa produksi industri. Seperti Handiwirman, Faisal menyajikan bahan-bahan sisa tersebut sebagai suatu bentuk keindahan baru.