Contemporary
worlds
Indonesia
Regenerative force
Kekuatan Regeneratif
Seniman senior Indonesia Tisna Sanjaya ikut membentuk gerakan seni tahun 1980-an di Bandung yang disebut Jeprut—istilah bahasa Sunda yang melambangkan “kemampuan regeneratif yang unik”. Di bawah rezim Suharto, Tisna sering membuat pertunjukan seni peristiwa yang biasanya abstrak dan memerlukan banyak improvisasi. Untuk melindungi seniman Jeprut dari intaian aparat, tiap pertunjukan dilangsungkan dengan singkat dan dirancang sebagai sebuah pengalaman sesaat. Sekarang, karya-karya Tisna yang menggunakan mantra “katakan (sekalipun pahit), kemudian doakan”, bisa dimengerti sebagai sebuah aktivisme seni yang disiarkan secara lokal dan global dalam era pasca-Reformasi.
Instalasi Tisna yang berjudul Seni penjernih dialog berbentuk perahu tradisional yang disebut kora-kora, aslinya perahu untuk berdagang tapi sekarang lebih dikenal sebagai nama atraksi Dunia Fantasi. Dalam pertunjukan penuh improvisasi ini, Tisna memimpin pengunjung mengikuti serangkaian diskusi tentang masalah-masalah publik yang paling genting. Diskusi-diskusi ini direkam kemudian dipajang sebagai lanjutan dari karya aslinya. Hasil akhirnya adalah sebuah dialog lintas-budaya yang mencoba mencapai pemahaman agama, budaya, sosial dan transnasional yang lebih luas.
Seni penjernih dialog membawa sebuah proses demokratis ke dalam ruangan galeri serta menawarkan sebuah kontrak sosial yang bisa dimanfaatkan oleh pengunjung untuk mengekspresikan dirinya sendiri, untuk didengar, dan juga untuk berpartisipasi dengan penuh tanggung jawab sebagai seorang warga dunia. Menurut Tisna, karyanya mencerminkan “sebuah simbol optimistis akan harapan dalam menghadapi perubahan dunia”. Dengan kegigihannya untuk “menemukan keseimbangan bagi suara kemanusiaan, etika lokal yang penuh kesopanan, dan nilai spiritual dalam bentuk seni”, Tisna telah berhasil memantik regenerasi energi Indonesia kontemporer.